Bawean – Warga Nahdliyin Bawean merayakan Hari Kesaktian Pancasila dengan penuh khidmat pada Selasa, 1 Oktober 2024, di Masjid Ar-Rahmah, Desa Gelam. Perayaan ini ditandai dengan peluncuran buku Risalah Pancasila, karya almarhum K.H. Asyiq Mukri, ulama besar asal Gelam, Bawean.
Ketua Tanfidziyah PCNU Bawean, K.H. Muhammad Fauzi Rouf, menjelaskan bahwa biasanya di masjid tersebut, warga rutin membaca shalawat dan manaqib Syaikh Abdul Qadir. Namun, kali ini mereka membaca manaqib karya ulama lokal, yaitu K.H. Asyiq Mukri. “Selama ini, K.H. Asyiq Mukri dikenal sebagai ulama yang pernah belajar di Pesantren Tebuireng di bawah bimbingan langsung Hadlratus-Syaikh Hasyim Asy’ari,” ungkapnya.
Menurut K.H. Muhammad Fauzi Rouf, manuskrip karya K.H. Asyiq Mukri sebenarnya sudah diketahui oleh beberapa kalangan, tetapi hanya K.H. Abdul Munim DZ yang secara serius meneliti naskah tersebut. Setelah diperlihatkan, K.H. Abdul Munim DZ berhasil melakukan penelitian mendalam dan menyusun manuskrip itu menjadi sebuah buku yang layak diterbitkan serta disebarluaskan di seluruh Indonesia.
K.H. Abdul Munim DZ menyebutkan bahwa penemuan manuskrip di Bawean ini merupakan “mutiara yang berharga.” “Saya menemukan karya K.H. Asyiq Mukri yang ditulis pada tahun 1945,” jelasnya.
Ia menambahkan, dalam proses perumusan Pancasila, tidak hanya anggota BPUPKI yang terlibat, tetapi juga banyak cerdik cendekiawan dan ulama dari seluruh Nusantara. Mereka berkontribusi baik melalui pemikiran, tenaga, harta, bahkan nyawa demi pendirian Republik Indonesia. K.H. Asyiq Mukri juga diketahui pernah menjadi asisten K.H. Wahid Hasyim, yang terlibat dalam persiapan dasar negara pada sidang BPUPKI.
Menurut Kiai Munim DZ, Pancasila yang kita kenal sekarang merupakan hasil dari berbagai usulan, termasuk dari Yamin, Soepomo, Soekarno, dan K.H. Asyiq Mukri. Berikut lima butir rumusan Pancasila versi K.H. Asyiq Mukri:
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kebangsaan Yang Bulat
- Perikemanusiaan dan Kesusilaan
- Kedaulatan Rakyat atau Demokrasi
- Kedaulatan
K.H. Asyiq Mukri menekankan konsep negara kesatuan dalam rumusan Pancasila tersebut, yang tercermin dalam sila kedua, “Kebangsaan yang Bulat.” Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal, negara kesatuan merupakan pilihan yang syar’i, bukan negara serikat atau federasi.
“Saya semakin yakin dan pede dalam menjelaskan Pancasila setelah penemuan manuskrip ini, bahwa para ulama berkontribusi besar dalam perumusan dasar negara” kata K.H. Abdul Munim DZ, yang juga penulis buku Fragmen Sejarah NU.
Buku Risalah Pancasila yang baru diluncurkan ini merupakan hasil dari manuskrip berbahasa Indonesia, Jawa, Arab, dan Bawean yang ditulis dengan aksara Pegon, kemudian diedit dan dikonstruksi menjadi sebuah buku yang layak dibaca. Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Qaf Media. (Waki)