Oleh: Khariri Makmun*
Teknologi militer Iran telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Ancaman konstan di kawasan Timur Tengah yang tidak pernah stabil memaksa Iran untuk selalu siaga dan terus meningkatkan kekuatan militer mereka. Salah satu bidang yang menjadi fokus utama adalah pengembangan teknologi drone, yang kini telah menjadi ujung tombak kekuatan pertahanan dan ofensif Iran di berbagai medan pertempuran. Sebuah pepatah mengatakan bahwa semakin besar ancaman, semakin besar pula tantangan bagi sebuah negara untuk berkembang. Iran telah membuktikan pepatah tersebut dengan mengubah ancaman eksternal menjadi motivasi untuk memperkuat teknologi militernya.
Iran, negara yang sering disebut sebagai ancaman bagi keseimbangan kekuatan di Timur Tengah, telah bertransformasi dari sekadar ‘negara pengikut’ dalam teknologi militer menjadi salah satu inovator dalam bidang tertentu, terutama drone. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah Shahed -191, sebuah drone yang awalnya lahir dari hasil penangkapan teknologi Amerika. Namun, Iran tidak hanya meniru, mereka berhasil mengembangkan drone tersebut menjadi lebih unggul dan mematikan.
Pada 5 Desember 2011, Iran berhasil membuat gebrakan besar dalam sejarah militer dunia. Iran menangkap drone pengintai canggih milik Amerika Serikat, RQ-170 Sentinel, dan mendaratkannya dalam keadaan utuh. Ini bukan hanya kemenangan simbolis atas teknologi Amerika yang sering dianggap superior, tetapi juga membuka jalan bagi Iran untuk mengembangkan teknologi serupa. RQ-170 Sentinel dikenal sebagai drone dengan teknologi siluman (stealth), yang membuatnya sulit dideteksi oleh radar musuh. Namun, bagi Iran, drone tersebut menjadi bahan penelitian berharga yang menghasilkan inovasi dalam bentuk *Shahed 191* atau dikenal juga sebagai Saegheh 2.
Shahed -191 jelas menunjukkan kemiripan dengan RQ-170 Sentinel dari segi desain. Namun, Iran tidak hanya menjiplak, mereka menciptakan sesuatu yang jauh lebih mematikan. RQ-170 Sentinel milik Amerika hanya berfungsi sebagai drone pengintai, sedangkan Shahed 191 dilengkapi dengan kemampuan ofensif yang signifikan. Drone ini dipersenjatai dengan berbagai jenis rudal, yang menjadikannya sebagai pesawat pembom yang mampu melancarkan serangan dalam pertempuran. Fakta bahwa Iran mampu mengembangkan drone dengan kemampuan ganda – sebagai pengintai dan pembom – menjadi bukti nyata bahwa Iran tidak hanya berdiam diri di bawah tekanan geopolitik, tetapi juga mampu beradaptasi dan mengembangkan teknologi yang lebih maju dari sumber aslinya.
Pada Agustus 2017, Shahed 191 menunjukkan keberaniannya dengan melakukan aksi nekat. Drone ini terbang hanya 300 meter di atas kapal induk Amerika Serikat USS Nimitz, salah satu simbol kekuatan militer AS di wilayah tersebut. Aksi ini tidak hanya menantang otoritas militer AS, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa Iran memiliki kekuatan militer yang tak bisa diremehkan. Shahed 191 juga pernah memasuki wilayah udara Israel, musuh bebuyutan Iran, dalam sebuah misi pengintaian yang menunjukkan kemampuan silumannya.
Selain Shahed 191, Iran juga memiliki serangkaian drone lain yang menunjukkan keseriusan negara tersebut dalam mengembangkan armada pesawat tak berawaknya. Beberapa di antaranya adalah Shahed 129, 141, 161, 171,dan 181. Setiap model memiliki keunggulan dan spesialisasinya masing-masing, tetapi satu hal yang jelas: Iran sangat fokus pada pengembangan teknologi drone sebagai salah satu pilar utama kekuatan militernya. Drone-drone ini dirancang tidak hanya untuk operasi pengintaian tetapi juga untuk menjalankan misi-misi ofensif dengan daya serang yang mematikan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah mengubah teknologi drone menjadi alat diplomasi perang yang sangat efektif. Salah satu contohnya adalah kerja sama Iran dengan Rusia dalam konflik Ukraina. Iran memasok sejumlah besar drone kepada Rusia, yang kemudian mengubah nama drone Shahed menjadi Geran-2. Drone ini dikenal sebagai drone bunuh diri karena mereka diprogram untuk terbang menuju target dengan koordinat GPS, kemudian meledak saat benturan dengan sasaran, mirip dengan rudal.
Kerja sama ini tidak hanya menunjukkan kemampuan teknis drone Iran, tetapi juga pengaruh geopolitik negara tersebut di luar Timur Tengah. Iran mampu memperluas jangkauan pengaruh militernya ke Eropa Timur, menjadikan teknologi drone sebagai alat yang tak hanya menghancurkan fisik musuh tetapi juga strategi politik global.
Penggunaan drone oleh Iran bukan hanya soal pertunjukan kekuatan, tetapi juga refleksi dari perubahan dalam cara perang modern dilaksanakan. Drone memungkinkan serangan presisi tinggi tanpa perlu melibatkan tentara di lapangan, mengurangi risiko bagi pasukan yang mengoperasikannya. Bagi Iran, teknologi drone adalah solusi praktis untuk mengimbangi kekuatan militer musuh-musuhnya yang lebih maju dari segi teknologi dan jumlah persenjataan.
Teknologi drone juga mengubah cara Iran beroperasi dalam peperangan asimetris. Dengan menggunakan drone yang sulit dideteksi dan memiliki kemampuan siluman, Iran bisa menyerang tanpa terdeteksi hingga misi selesai. Ini memberikan keuntungan besar dalam operasi-operasi di medan perang yang sensitif seperti di Suriah dan Irak, di mana Iran secara aktif terlibat dalam konflik untuk mendukung sekutu-sekutu regionalnya.
Iran telah menunjukkan kepada dunia bahwa meski berada di bawah tekanan ekonomi dan politik internasional, mereka mampu mengembangkan teknologi militer yang setara dengan kekuatan-kekuatan besar dunia. Perkembangan teknologi drone seperti Shahed 191 dan model-model lainnya tidak hanya membuktikan kemampuan Iran dalam merespons ancaman, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka mampu memanfaatkan peluang dari setiap celah yang ada. Iran bukan lagi sekadar negara yang ‘mengikuti’ jejak negara lain dalam teknologi militer, tetapi kini mereka berada di garis depan dalam pengembangan drone militer, menjadikannya sebagai senjata utama dalam menjaga kedaulatan dan memperluas pengaruh geopolitiknya.
Perang di masa depan tidak lagi hanya soal jumlah tank dan pesawat tempur, tetapi tentang siapa yang memiliki kemampuan teknologi yang lebih canggih dan efektif. Dan Iran, dengan teknologi drone yang terus berkembang, telah menunjukkan bahwa mereka siap untuk menghadapi ancaman di setiap sudut dunia, baik itu di Timur Tengah, Eropa, maupun di tempat-tempat lain di mana kepentingan mereka dipertaruhkan.
* Penulis adalah Direktur Moderation Corner Jakarta