Para Sejarawan NU berkumpul di Surabaya untuk menggali data sejarah penting yang terlupakan
Surabaya 1 Juni 2024.
Dalam rangka pelaksanaan Harlah Pancasila di TV 9, meneyelenggarakan peringatan Harlah Pancasila dengan mengumpulkan para ahli dan peminat sejatah NU. Acara diselenggarakan pas tanggal 1 Juni 2024 di Gedung TV9, Jl. Raya Darmo Surabaya. Hadir dalam Acara itu H. Abdul Mun’im DZ (Dipantara) Jakarta. Hakim Jaili TV9, Cak Kaiyis (Duta Online, Museum NU), Ayung Notonegoro dari Komunitas Pegon Banyuwangi, Dari Nahldatut Turots, lalu dari Pustaka Tebuireng. Sejarawab Riyadi Ngasiran, juga dari Malajah Aula serta peserta yang lain. Dan sejarwan dari Malang Fauzan Alfas serta yang lain.
Sebagaian besar di antara mereka adalah kader PKPNU atau paling tidak merupakan simpatisan dan hamper semuanya telah membaca beberapa tulisan saya sehingga mereka nyambung dengan gagasan historiografi NU yang sudah pernaha saya lontarkan beberapa tahun sebelumnya. Meraka memang para peminat Sejarah yang selama ini bekrja sendiri tanpa pengarahan tanpa wadah sehingga menjadi kurang dinamis, maka mereka butuh adanya simpul dan terutama pembimbing dalam menjalankan profesinya yang memebutuhkaan waktu, perhatian dan dana.
Dalam diskusi yang bertemakan Peran Umat Islam dalam Menjaga Pancasila itu KH. Abdul Mun’im DZ dari Akademi Kepemimpinan Dipantara Jakarta diminta memberikan pengarahan tentang problem histriograsi NU, yang diawali dengan menggali Sejarah Pancasila sebagai bentuk keterlibatn pencarian NU dalam proses lahirnya Pancasila sesuai dengan tema diskusi. Sebuah realitas sejarah yang selama ini hanya dirasakan tetapi tidak pernah diketahui akarnya serta proses kesejarahannya.
Di situlah K. Mun’im DZ menemukan adanya beberapa draf rumusan atau konsep Pancasila yang substansinya sama tetapi kalimat serta susunannya beda-beda, karena saat itu memang sedang dalam proses Pencarian. Dan Kiai NU memiliki konsep Pancasila dengan versi sendiri, Pancasila yang dirumuskan berdasarkan pada syariat Islam dan tradisi Aswaja. Konsep yang ditawarkan itu yang kemudian digodong dan dilebur dengan konsep lain kemudian disepakati sehingga menjadi Pancasila sebagaimana yang ada seperti sekarang ini. Maka ddalam proses itu NU punya peran besar dalam perumusan Pancasila.
Peristiwa besar bersejarah terjadi di depan mata ini tidak diketahui oleh sejarawan NU sendiri, bahkan para pengurusnya. Hal itu bisa terjadi karena proses itu berlangsung begitu cepat, begitu halus dan samar yang tersembunyi dibalik ketawadlukan para kiai dan dalam keremangan sejarah. Dengan perhatian yang cermat penuh kesabaran dan kepekaan baru keberadaan Sejarah luar biasa besar mekna dan pengaryuhnya itu bisa diketahui.
Studi ini ditemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini muncul, kenapa kelompok NU merupakan kelompok yang paling istiqomah dan paling militan dalam mengamalkan dan membela Pancasila, dibanding golongan nasionalis maupun kelompok Islam lainnya. Akar Kesejarahan yang seperti itu yang membuat kelompok pesantren ini gigih mebela Pancasila. Semuanya itu terjadi tidak lain bahwa ternyata Pancasila memang salah satunya dirumuskan oleh para tokoh NU, yang merumuskan Pancasila berdasarkan Syariat Islam Aswaja dengan dalil-dalil yang kokoh dan meyakinkan.
Dari persoalan Pancasila ini kita bisa melakukan penelitian yang lain yang lebih mendasar tentang NU. Bayangkan usia NU sudah hampir satu abad jelasnya kurang dua tahun lagi sudah tahun 2026, kita memasuki abad baru NU. Dalam kenyataannya hingga saat ini NU belum punya biografi yang otoritaatif tentang tokoh uatamanaya antara lain K. Hasyim Asyari, dan K. Waahab Hasbullah serta K. BIsri Sansuri.
Bahkan lebih menyedihkan lagi hingga saat ini NU belum memiliki buku Sejarah NU yang otoritatif yang menjadi buku babon tentang NU. Maka tuga sejarawan NU adalah merumuskan menuliskan Sejarah NU yang utuh. Dulu 40 tahun yang lalu Cak Choirul Anam sudah menulis buku, Sejarah Lahir dan Pertumbuhan NU. Bukuitu sudah terlalau lama dan baru aspek Gerakan belum menyentuh ajaran. Maka seabad NU ini diperlukan buku Sejarah NU yang respresentatif yang mencakup seluruh doktrin dan gerak NU selama kiprahnya dalam abad ini.
Selanjutnya K. Mun’im DZ mengatakan bahwa dirinya nomong ini tidak sedang berteori atau memberikan saran apalagi menuntut, karena beliau telah berekpermentasi, beliau sudah menjalankan sendiri sejak awal tahun 2000-an saat menjadi Ketua LTN-PBNU, dan setelah menjadi Kordinator PKPNU langsung saya terapkan dengan membimbing penulisan Sejarah NU di berbagai daerah, maka lahirlah buku NU Minagkabau, NU Ponorogo, NU Palembang, NU Sidoarjo NU Lombok, NU Bugis, NU Batak dan sebagainya. Be;um lagi muncul Sejarah berbagai Pesantren besar dan penulisan biografi para tokohnya. Penulisan sejarah NU local dan tokoh yang ada di sana itu akan menjadi bahan baku penting bagi penuisan Sejarah NU Nasional yang lengkap dan otoritatif.
Para peserta berkomentar bahwa pada dasarnya mereka para peneliti dan sejarwan ini sangat memrindukan forum kajian dan pengarahan sepert ini Selama ini mereka bekerja dengan cara dana gendanya sendiri tidak ada komunitas untuk mendiskusikan hasil temuanyya dan farum untuk mengolahnya. Padahal mereka sudah berhasil mengumpulkan data yang banyak. Bahkan Fauzan Alfas dari Malang telah membukukan semua dokumen yang ditemukan dalam buku tercetak yang berjumlah belasan jilid. Pencetakan dan penggandaan data seperti ini akan memudahkan para peminat Studi NU, kaerna bahan telah tersedia.
Apalagi Komuniats Pegon telah mengumpulkan banyak arsip NU dari berbagai tempat yang ini sangat berharga, ettetapi semuanya dikerjakan dengan sukarela tanpa ada dukungan akademik dari pihak lain dan juga tidaka ada dukungan finansial. Begitu pula Nahdlatut Turats telah mengumpulkan berbagai Karya NU. Semantara itu masih banyak komunitas yang belum dempat dilibatkan dalam pertemuan ini. Peminat Sejarah seperti ini merupakan aset besar bagi NU. Karena saat ini merupakan situasi menentukan di Tengah pergantian abad, kalua tidaka segera dikumpulkan bahan akan lenyap. Kalua tidak segera dikonstruksi maka Sejarah kebesaran NU akan terbengkalai. NU besar tetapi para aktivisnya belum bisa membuktikan kebesaran NU, baik dalam ranah historis sehingga sulit membuktikan di ranah sosiologis.
Dari pencingan itu kemudian memunculkan beberapa agenda untuk menuliskan berbaga agenda kesejarahan NU. Selama inierkea telah atif bergerak tetapi secara sendiri sendri atau dengan kelompok kecilnya, belum memiliki jaringan luas. Padahal wacana Sejarah ini telah menjadi pertarungan nasional dan global. Selama ini memang mereka berharap memiliki komunitas memiliki pempimbing yang menguasai sejarah NU dan sejak lama saya diharapkan untuk membimbing itu dan sekarang mereka menganggap K. Mun’im DZ sebagai pembimbingnya. Pada umumnya mereka telah membaca banyak tulisan KH. Mun’im DZ yang telah mengunspirasi mereka. Dengan Pertemuan ini mereka merasa bisa mengkomunikasikanntemuannya dan merasa memiliki pembimbing dengan banyaknya masukan yang diberikan serta rencana membuat jaringan dan Lokakarya Nasional. (Laporan Adam G Damasky)