Dipantara Online, Bawean 1 Oktober 2024– Sejak pelaksanaan Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) yang dihadiri oleh instruktur naasional pada 2017, perkembangan PCNU Bawean menjadi sangat kompak dan dinamis. Berbagai kegiatan dilaksanakan dan beberapa gedung dibangun, termasuk penggalian manuskrip serta makam leluhur Bawean.
Apalagi dengan ditemukan dan dikajianya manuskrip Risalah Pancasila karya KH. Asyiq Mukri, kehidupan sosial keagamaan warga Bawean semakin dinamis karena semakin menemukan rasa kepercayaan diri lebih besar dengan ditemukan kontribusi besar Ulama Bawean pada Republik ini, terutama dalam proses perumusan dasar negara yaitu Pancasila. Berbagai pertemuan para pengurus NU yang rutin diselengarakan sejak tahun 2018 hingga 2023 lalu telah menggugah semangat mereka, menganai kemunculan tokoh yang terlupakan tersebut, sehingga mereka menjadi lebih percaya diri dalam pergaulan politik dan keagamaan di Jawa Timur.
Bebarapa pertemuan diselenggarakan di sana, mulai dari konsolidasi kader baik lokal maupun yang melibatakan Instruktur Nasioanl diselengarakan untuk menggali potensi di sana dan menggearakkan masyarakat secara sosial, pendidikan, dan ekonomi. Bahkan konsolidasi disapora juga sudh dilaksanakan. Dengan demikian bantuan pembanguna dari kaum diaspora itu juga semakin lancar.
Pertemuan dengan berbagai pihak eksternal, termasuk pihak PT Dirgantara Indonesia bisa menambah jarigan dan pengetahuan mereka dengan dunia teknologi di luar. Pemberdayaan ekonomi juga terus dilakukan dengan sumber kelautan dan kehutanana juga mulai berkembang. Konsolidasi diaspora akan semakin bisa dilakukan dan itu berarati besarnya dana yang diperoleh dari mereka.
Kegiatan konsolidasi para kader penggerak NU dirangkai dalam bentuk perayaan Maulid dan juga sebagai peringatan hari Kesaktian Pancasila, termasuk kegiatan utama yakni peluncuran buku Risalah Pancasila Karya KH. Asyik Mukri yang disyarahi oleh H. Abdul Mun’im dan Tim, para kader NU dan warga Bawean menyambut dengan gembira. Selain itu, para kader PC-PMII Bawean juga turut menyelenggarakan simposium, kemudian Lembaga Pendidikan (LP) Maarif, Jamiyatrul Qurra Wal Huffadz, dan lain sebagainya.
Simorsium yang diselenggarakan PMII, yakni dialaog dengan Mahasiswa dan alumni, mereka sangat antusis mengembangkan pemikiran kenegaranan sebagaimana yang digeluti selama ini. Tetapi dengan munculnya pemikiran KH. Asyiq Mukri ini semakin memeperkuat kajian meraka. Selam ini mereka pada umumnya sangat kuat dalam memebela Pancasil dan NKRI, tetapi sekarang menemukan argumen tertulis yang sangat komprehensif sehingga biasa memperkokoh pemahaman mereka terhadap masalah kenegaraan, khususnya Pancasila.
Pada peluncuran buku di Masjid Gelam yang datang sangat banyak, tidak hanya dari pengurus cabang NU tetapi juga datang dari penguras MWCNU dan Ranting NU termasuk Muslimat dan Fatayat. Acara diselenggarakn di dalam Masjid sehingga suasana sangat sakral, persis seperti naskah manuskrip tersebut, semula juga dikaji di masjid tersebut oleh KH. Asyiq Muri. Dan ini sangat tepat karena karya Pancasila tersebut penuh dengan argumen syariat dalam pemaparannya.
Walaupun mereka orang pulau yang terpencil, mereka sangat serius menyimak paparan tentang lahirnya Pancasila dan dalil agama yang melandasi perumusan Pancasila. KH. Abdul Mun’im sebagai narasumber menjelaskan bahwa buku ini tidak hanya relevan pada zamananya yakni tahun 1945. Tetapi juga sangat relevan dan dibutuhkan saat ini, ketika menghadapi ancaman dari sudut agama, dengan tuduhan bahwa Pancasila itu kafir dan thaghut sebagaimana yang dliontarkan kelompok Salafi-Wahabi.
Penjelaskan Pancasila dengan landasan syari yang sangat lengkap sebagaimana ditulis oleh KH. Asyiq Mukri ini sangat memebantu untuk mengeliminir pemahaman yang salah terhadap Pancasila tersebut. Pancasila bukan musuh agama, sebaliknya Pancasila sebegai pengejawantahan dari idelogi umat Islam dalam bernegara, karena itu Pancasila perlu dijadikan pegangan hidup yang kokoh baik dalam bermasyarakat mauapaun bernegara.
Selama ini dikatakan bahwa Pancasila itu berdaraskan agama, karena itu mengamalkan Pancasila sudah sama dengan mengamalkan Syariat Islam, kaerna itu kita tidak membutuhkan lagi dasar Islam, sebaba dengan Dasar Pancasila, sebenarnya Indonesia telah menerapkan dasar Syariat Islam dalam bernegara. Apalagi secara resmi kenegaraan masih disebutkan bahwa Piagam Jakarta yang mengetengahkan Pelaksanaan Syariat Islam itu ditegaskan dalm Dekrit Presiden 1959. Maka tidak da yang bertentangan dengan Islam, justru Pancasila itu sebagai pengejawantahan dari nilai Islam.
Dengan penerbitan Karya KH. Asyiq Mukri ini masyarakat menemukan dasar yang kuat dalam berpancasila, dan landasan itu berupa argumen syari. Dengan demikian kesetiaan dan kecintaan mereka pada Pancasila dan NKRI semakin mendalam, karena tahu dasarnya.
Berbagai perkembangan penting lainnya di Bawean adalah dibangunnya Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aswaja di sebuah lahan seluas 15 hektar. Bersamaan dengan perayaan Maulid tahu 1445H/2024 ini diselengagrakan kemah yang diikuti oleh seluruh Lembaga Pendidikan Maarif Bawean. Sekitar 2500 siswa menjadi peserta perkemahan Aswaja ini. Meraka bisa melakukan berbagai macam kegiatan outbond di tempat tersebut, sehingga menjadi kader terlatih.
Sedang program lain, ayang selama ini telah berjalan dengan baik adalah mengembalikan musholla menjadi langgar. Selama ini musholla hanya tempat untuk sembahyang lima waktu, tetapi ketika menjadi langgar maka menjadi multi fungsi. Sejak masa orde baru yang menerapkan kebijakan depolitisasi, maka masyarakat tidak boleh berpolitik. Bahkan tempat ibadah-pun dicurigai sebagai wadah kegiatan politik, karena itu tepat ibadah hanya untuk ibadah atau sholat saja. Maka nama langgar (pusat agama dan budaya) diganti musholla (tempat sholat) agar tidak digunakan sebagai tempat kegiatan sosial, apalagi politik.
Padahal dulunya, langgar itu selain tempat sembahyang, tempat mengaji juga sebagai tempat belajar silat, pengamanan kampung, latihan kesenian, serta pusat informasi pertanian. Mengingat pentingnya fusngsi sosial langgar maka PCNU Bawean berusaha keras melaksanakan program pelanggaran musholla (menjadikan musolla sebagai langar)
Bawean dengan masyarakatnya yang relative homogen Islam semua dan hamper dipastikan NU semua, maka sangat baik untuk eksperimen pelanggaran musholla ini, terbukti program tersebut dengan cepat diterapkan, serta mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Karena langar menjadi banyak kegiatan karena sebagai pusat layanan sosial. (Laporan Adam GD)