Oleh Atik Bintoro
Pendahuluan
Kerangka Kerja DAI5 merupakan satu diantara buah pikir Prof. Ahmad Indra Siswantara yang dituangkan dalam bukunya. Buku tersebut berjudul DAI5 – Deep Awareness of I.
Prof Indra atau Prof. DAI –demikian panggilan akrabnya- adalah seorang dosen di Departemen Teknik Mesin – Fakultas Teknik – Universitas Indonesia, di Depok.
Pada kesempatan ini, penulis berminat mengulas sebisanya barang sedikit dari sisi semangat untuk mendapatkan pemahaman garis besar pokok pokok pikiran yang terkandung di dalam buku DAI5 – Deep Awareness of I. Pokok pokok pikiran yang terkandung pada buku ini relatif baru di dunia pemikiran yang terkait dengan kerangka kerja dalam penyelesaian berbagai permasalahan, mulai dari masalah pribadi, industri, sampai ke masalah dalam negeri maupun luar negeri, dan cenderung bisa bersifat universal; serta berpotensi menjadi Hak Cipta bagi penemunya.
Karena berpotensi bersifat universal, penulis akan mengulasnya dari sisi semangat pikiran yang berbasis pikiran pikiran yang berlandaskan pada beberapa sisi keislaman, yakni semangat yang ada di sebagian ayat AlQur an, Hadis, dan pendapat sebagian ilmuwan Islam.
Sebagai konsekwensi logis dari dugaan berpotensi sebagai pokok pikiran universal, maka selanjutnya akan timbul pertanyaan, misalnya:
“Adakah Pokok pokok pikiran di dalam kerangka kerja DAI5 – Deep Awareness of I, masih sejalan dengan pokok pokok pikiran lintas: suku, ras dan agama, misalnya keislaman atau bagaimana?”.
Oleh karena itu untuk bisa menjawabnya dirasa perlu melakukan telaah singkat tentang buku DAI5 – Deep Awareness of I melalui kesebandingan dengan semangat yang ada di beberapa ayat AlQur an, Hadis, maupun pendapat sebagian ilmuwan Islam.
Telaah ini dilakukan dengan cara langsung mengambil sebagian gambar halaman buku DAI5 – Deep Awareness of I yang ditelaah diletakkan di sisi kiri, sedangkan uraian telaahnya di sisi kanan, dan atau di bawah gambar halaman tersebut.
Keimanan dan Sains di Buku DAI5 – Deep Awareness Of I
Setuju, sebagian orang memang ada yang berpikir, bahwa ilmu pengetahuan terpisah dari keimanan. Sebab untuk ranah Ilmu pengetahuan dan keimanan, pada umumnya bergerak dari pola pikir yang berbeda, dan cenderung berlawanan.
Ilmu pengetahuan dianggap bergerak dari kesadaran untuk meragukan kebenaran berdasarkan fenomena yang berhasil dibaca, kemudian disusun hipothesa untuk mendapatkan thesa/thesis yang bernilai benar.
Sedangkan keimanan bergerak dari keyakinan yang boleh dibilang haram untuk menolak atau pun meragukan segala hal yang terkait keimanan. Yakin dulu bahwa imannya benar, baru mencari tahu dukungan apa saja yang memantapkan keimanan.
Bagaimana dengan AlQur an?
Al Qashshash ayat 77
“Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Terjemahan ayat di atas, bisa berpotensi mempunyai pesan bahwa Allah SWT memerintahkan ada umat manusia, agar mencari bekal untuk negeri akhirat, tetapi jangan melupakan nasib di dunia. Artinya nasib di dunia ini bisa berpotensi menentukan seberapa jumlah bekal yang terbawa sampai di negeri akhirat.
Nasib biasanya terjadi setelah niat, pola pikir, sikap, tindakan, kebiasaan, dan karakter; yang sudah terbentuk beberapa tahun. Untuk kebiasaan orang Amerika Serikat, biasanya terbentuk nasib setelah teruji sekitar 10.000 Jam efektif dilakukan terus menerus tanpa terputus, maka jadilah Nasib.
Dari uraian di atas dapat dimaklumi, ternyata ada pengertian yang menyatu sambungkan antara perbuatan di dunia ini untuk menjemput Nasib sebagai anugerah Allah SWT, sekali gus sebagai bekal di akhirat kelak. Nasib tersebut termasuk dalam ranah ilmu pengetahuan, dan teknologi sekali pun.
Kerangka kerja dari DAI5 adalah semacam panduan untuk Pemecahan Masalah (PM) dan Pengambilan Keputusan (PK).
PM mengacu pada Masalah dan solusinya. Masalah adalah selisih antara Harapan/H dan Realitas/R.
M = H – R …. (1)
Jika nilai H lebih besar dari pada R, maka nilai H positif, artinya positif bermasalah. Solusinya adalah nilai R diperbesar agar nilai M negatif, artinya tidak ada masalah yang terjadi.
Sedangkan PK mengacu pada Pengambilan keputusan dengan kesadaran penuh dan mendalam, yang mempunyai tujuan untuk memahami Sang Pencipta, Yang Maha Esa. PK ini juga bersumber pada : Kesadaran/K, Niat/N, dan Proses berpikir/Pb.
Persentase Kualitas PK bisa diukur dengan menghubungkan nilai: K, N, dan Pb; sebagai faktor perkalian, yaitu:
PK = K x N x Pb x 100%… (2)
Dari rumus (2) dapat dipahami bahwa apabila nilai K, N, dan Pb; satu diantaranya bernilai Nol, maka PK hasilnya Nol. Jadi untuk mendapatkan nilai PK = 100%, maka ketiga faktor tersebut harus bernilai 100%. Nikai PK akan berkurang seiring dengan pengurangan pada nilai K, N, dan Pb.
Kerangka kerja DAI5 terdiri dari lima langkah utama (2LU), yaitu: Deep Awareness (Kesadaran Mendalam tentang diri), Intension (Niat yang sadar), Initial Thinking (about the problem) (Pemikiran awal tentang masalah), Idealization /Idealisasi (Pembentukan model ideal), dan Instruction Set (Panduan/ Langkah Penyelesaian).
2LU berjalan seperti mata rantai tertutup yang akan menggerakkan entitas yang sedang didera oleh Masalah (M), dan berminat segera mengambil keputusan (PK) sebaik baiknya, agar mendapatkan solusi/Pemecahan Masalah(PM) atas masalah tersebut juga sebaik baiknya. Secara sederhana hubungan 2LU, M, dan PK seperti pada Gambar 1 dan 2, Diagram hubungan di bawah ini.
Gambar 2 : Diagram 2LU
Pejalanan Kesadaran Menuju Makna
Kata kunci dari keberhasilan 2LU yang meliputi Deep Awareness (Kesadaran Mendalam tentang diri), Intension (Niat yang sadar), Initial Thinking (about the problem) (Pemikiran awal tentang masalah), Idealization /Idealisasi (Pembentukan model ideal), dan Instruction Set (Panduan/ Langkah Penyelesaian); adalah bagaimana usaha agar masing masing diri dan atau kelompok bisa mencapai makna diri masing masing, dan atau kelompok. Tentunya pemaknaan dari makna diri, dan atau kelompok, berawal dari diri sendiri, dan atau kelompok, kemudian mendapatkan pemaknaan dari orang lain, dan atau kelompok lain. Sehingga pemaknaan diri, dan atau kelompok bisa didapatkan dari diri sendiri, dan atau kelompok sendiri, serta dari orang lain, dan atau kelompok lain.
- Deep Awareness (of) 1: “Saya ada di sini, sadar akan diriku”.
Langkah utama, dan pertama dari kerangka kerja 2LU adalah Deep Awareness (Kesadaran Mendalam tentang diri). Langkah Deep Awareness ini meliputi kesadaran terhadap diri sendiri terkait ruang, waktu, dan peristiwa.
Di ruang mana pun, di waktu kapan pun, dan di peristiwa apa pun; tetap berusaha sadar akan dirinya sendiri, bahwa diri sendiri ini akan mencapai makna dirinya terkait: ruang, waktu, dan pertiwa.
Satu diantara contoh menarik dalam kesadaran diri ini, adalah peristiwa Nabi Musa AS., ketika diperintah oleh Allah SWT., agar pergi ke bukit Tursina untuk menerima wahyu, berupa perintah Allah SWT., yaitu: 1. Hanya menyembah Allah SWT., 2. Larangan membuat dan menyembah berhala, 3. Larangan menyebut Nama Allah SWT., secara sembarangan, 4. Dilarang membunuh manusia, 5. Menghormati orang tua, 6. Dilarang berzina, 7. Dilarang menjadi saksi palsu, 8. Dilarang menginginkan sesuatu yang bukan hak miliknya, 9. Selalu menjalankan dan mengingat hari sabat, dan 10. Dilarang mencuri serta merampas hak orang lain.
Menariknya dari kisah Nabi Musa AS tersebut adalah, firman Allah SWT., QS. Thoha 20 : 12.
“Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu. Lepaskanlah kedua terompahmu karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, yaitu Tuwa”.
Dari terjemahan QS. Thoha 20 : 12, diketahui bahwa Bukit Tursina dipandang sebagai lembah suci, kawasan untuk mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Oleh karena itu, dimaklumi jika Nabi Musa AS., diperintahkan agar melepaskan kedua terompahnya. Kemudian Nabi Musa AS., pun memperoleh wahyu berupa 10 Perintah Allah SWT, dan mengalami kesadaran penuh tentang pemaknaan siapa dirinya, dimana, kapan, dan dalam peristiwa apa, serta siapa yang sedang memberinya wahyu.
Peristiwa kisah Nabi Musa ASini seolah memberikan isyaroh bahwa bagi sesiapa yang akan menuju kesadaran diri terkait pemaknaan dirinya, terlebih dulu sebaiknya berusaha melepaskan terompah yang akan menjadi penghalang hadirnya pemaknaan diri. Terompah ini bisa berupa: jabatan, pangkat, derajat, kemulyaan, dan atribut kemanusiaan yang lain. Sebab pemaknaan diri tersebut akan diperoleh ketika calon penyandang kesadaran diri mulai memasuki lembah suci yang berupa giat sehari hari,
dalam rangka mengambil keputusan (PK) untuk menyelesaikan (PM) berbagai macam masalah (M): diri sendiri, kelompok, bahkan sampai ke persoalan level Negara, dan Global.
Sehingga Nilai Kenyataan bisa melebihi Harapan, yang berarti bahwa Masalahnya sudah diselesaikan dengan sebaik baiknya.
Segala macam level persoalan tersebut, dalam langkah penyelesaiaan, sebaiknya, sebagai warga bangsa NKRI, selalu mengacu pada amanah Pendiri Negara, seperti yang tertuang pada Pembukaan UUD 1945, yaitu:
- Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
- Memajukan kesejahteraan umum, 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
- Ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Usaha mewujudkan ke-empat amanah itulah sejatinya yang menjadi lembah suci medan juang untuk mendapatkan kesadaran diri sendiri, dan atau kelompok; agar memperoleh pemaknaan diri sendiri dari diri sendiri atau pun dari orang lain, atau pemaknaan kelompok dari kelompok sendiri dan atau pun dari kelompok lain.Segala usaha mewujudkan ke-empat amanah tersebut, bisa dihitung secara kualitatif maupun kuantitatif, misalnya:
- Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Amanah ini bisa dihitung sejak memasuki kerangka kerja yang menuju kesadaran diri, dan atau kelompok, kira kira berapa persen diri sendiri, dan atau kelompok telah terlindungi dari berbagai usaha yang bisa menyebabkan tidak tercapainya pemaknaan diri, melalui pemecahan masalah sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Setelah satu tahun berusaha, kira kira nilai tersebut berkurang atau bertambah?.
Persentase capaian kelompok bisa juga dinyatakan dalam berapa jumlah orang. Cara menghitung seperti ini, bisa diterapkan untuk menghitung usaha perwujudan dari tiga amanah yang lain.
- Memajukan kesejahteraan umum
Demikian juga ketika awal memasuki medan juang kesadaran diri, dan atau kelompok; kira kira berapa persen, atau berapa orang yang telah didata tingkat kemajuan kesejahteraanya.
Pada saat sudah berjalan satu tahun, bagaimana tingkat kesejahteraannya: meningkat, tetap, ataukah menurun, atau tetap?
- Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ada berbagai macam kecerdasan, misalnya minimal ada lima macam kecerdasan, yaitu kecerdasan: pemikiran, emosi, keagamaan, kesehatan, dan keuangan. Sehingga ketika mengawali memasuki medan juang kesadaran diri dan atau kelompok, sebaiknya dicatat level kecerdasan dirinya dan atau kelompok terkait dengan lima kesadaran tersebut. Kira kira berapa level kecerdasannya setelah satu tahun berjalan, bagaimana levelnya: naik, tetap, atau kah berkurang?
- Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Ketertiban dunia tentu berawal dari ketertiban lokal, bahkan ketertiban diri sendiri, dan atau kelompok. Pada saat memulai memasuki lembah suci perjuangan, sudah selayaknya telah terinventarisir bagaimana status peran serta diri sendiri dan atau kelompok dalam hal ikut serta melaksanakan ketertiban diri sendiri dan atau kelompok, sampai ketertiban orang lain, dan atau kelompok lain, sesuai dengan bidang giat masing masing.
Setelah satu tahun berjalan, bagaimana status keikut sertaannya: meningkat atau kah menurun?
Melalui usaha mewujudkan ke-empat amanah pendiri Negara tersebut, diharapkan melahirkan kesadaran diri sendiri, dan atau kelompok, sehingga mendapatkan pemaknaan diri dari diri sendiri dan atau orang lain, serta pemaknaan kelompok dari kelompok sendiri dan atau dari kelompok lain.
- Intension (Niat yang sadar),
Ada hadis Nabi Muhammad SAW, yang menyatakan:
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah,”
(HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits).
Yang perlu diperhatikan terkait niat dari hadis di atas adalah narasi : “Amal itu tergantung niatnya”.
Ada juga semacam pedoman dari kasepuhan terkait niat, yaitu bahwa “Niat adalah Fardunya fardu”. Sehingga bisa dipahami jika giat amaliah ibadah tanpa Niat, sama halnya hanya semacam giat budi luhur pura pura saja, artinya amal ibadah yang terkesan hebat oleh orang lain, sejatinya hanyalah untuk siasat menghormati orang lain, tetapi bukan giat ibadah yang sesungguhnya.
Contoh: Ketika ada undangan gorong royong kerja bakti di lingkungan ke-RT-an. Yang diundang pun berusaha datang, bukan untuk niat ibadah gotong royong, tetapi semata karena menghormati Ketua RT sebagai pihak pengundang. Sebagai konsekwensinya, kinerja antara yang berniat, dan yang tanpa niat; bisa berpotensi sangat berbeda. Bagi yang berniat gotong royong kerja bakti akan tetap bergiat meskipun ternyata Ketua RT berhalangan hadir di lingkungan tempat gotong royong. Sedangkan yang tidak berniat gotong royong, kemungkinan akan bekerja tidak terlalu bersemangat, karena hanya sekadar mau menghormati Ketua RT, ternyata Ketua RT tidak ada di lokasi gotong royong.
Kesadaran niat biasanya diiringi doa agar amaliah niatnya dapat berjalan dengan lancar dan dipenuhi harapan untuk mendapatkan limpahan berkah. Ibarat pelaut yang menjelajah samudra kehidupan, niat dan doa adalah menara mercusuar dan lampunya sebagai tanda adanya pantai impian tentang kesadaran sekaligus pemaknaan yang bernilai yang akan dituju oleh pelaut kehidupan.
Pada saat terombang ambing di tengah lautan kehidupan, tentu seorang pelaut akan terus menjelajah lautan dengan penuh keyakinan bahwa dirinya akan berlabuh di pantai impian, sebab sudah dibangun niat dan doa sebagai menara mercusuar beserta lampunya sebagai penanda lokasi pantai tersebut. Perkara ketika awal menjelajah masih menggunakan perahu kecil, semacam sampan berkayuh tangan, tidak menjadi soal. Itu hanyalah masalah cepat atau lambat mencapai pantai impian.
Yang penting adalah sudah diketahui lokasi pantai impian, tempat dirinya berlabuh, sambil berharap semoga di tengah perjalanan menjelajah lautan kehidupan ada kapal pesiar, atau kapal cepat mengajaknya bersama sama masuk ke dalam kapal, dan kapten kapal memberi isyarat bahwa tujuan kita sama, menuju lokasi pantai impian di kejauhan sana, sambil berkata: “Naiklah, dan taruh sampan anda di atas kapal hebat ini. Silakan…”.
Oleh karena itu, Niat dan kesadaran niat adalah satu diantara kerangka penting untuk mendapatkan penyelesaian dari permasalahan yang timbul, sehebat apa pun permasalahan, akan berpotensi bisa diselesaikan sebaik baiknya, jika Niat penyelesaiannya dilakukan dengan penuh kesadaran, dan dibersamai dengan doa. Bahkan kadang penyelesaiannya bisa mengundang tambahan berkah, dan terjadi keajaiban yang baik, yang mungkin tidak ernah disangka sangka.
Satu diantara contoh tentang penyatuan niat, kesadaran, dan doa adalah kisah Nabi Sulaiman AS ketika menyampaikan doa meminta kerajaan, QS. Shad: 35.
Dia (nabi Sulaiman AS) berkata, “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”
Dari terjemahan QS. Shad: 35, bagi pembaca berpotensi dapat merasakan suasana kejiwaan Nabi Sulaiman AS ketika menyampaikan doa tersebut, yang diawali dengan ungkapan permintaan ampun, kemudian dilanjutkan membaca doa sesuai permintaan. Permintaan ampun di awal doa, seolah memberi isyarat bahwa sejatinya Nabi Sulaiman AS seperti kurang percaya diri yang kuat terkait doa ini, tetapi karena butuh, maka keluarlah doa permintaan ini. Mungkin tersebab satu diantaranya bhwa ayah handanya, yakni Nabi Daud AS adalah seorang Raja yang pernah mengalahkan Jalut Sang Raja Raksasa. Nabi Daud AS Sang Pemberani, Percaya diri kuat, dan Penuh Iman.
Nama besar Nabi Daud AS seolah menjadi intimidasi tersendiri sekali gus sebagai pemberi inspirasi bagi Nabi Sulaiman AS. Oleh karena itu, sebelum mengajukan doa permintaan, maka diawali dengan mengajukan permohonan ampun, atas ketidak mampuannya, jika dibandingkan dengan sosok Nabi Daud AS. Suasana kejiwaan Nabi Sulaiman AS yang kurang percaya diri pun, dapat dirasakan, karena doa Pemintaannya jauh lebih besar dibandingkan dengan prestasi kerja sehari hari, namun karena butuh, Doa Permintaan itu pun disampaikan.
Hikmah dari Niat dan doa permintaan besar, maka tindakan yang diajukan oleh Nabi Sulaiman AS pun besar, Layaknya Visi besar, akan diikuti oleh Missi yang besar. Visinya adalah mendirikan kerajaan besar yang kehebatannya tak tertandingi oleh siapa pun setelah jaman Nabi Sulaiman AS, maka satu diantara Missinya adalah memberi makan kepada seluruh ikan di lautan.
Karena missinya besar, maka tindakan memberi makan ikan selautan pun, disambut oleh ikan Paus besar. Sekali makan, seluruh makanan yang disediakan oleh Nabi Sulaiman AS, langsung habis seketika. Bandingkan jika Visinya tidak besar, Missinya juga kecil, maka jangankan ikan besar, mungkin ikan teri kecil kecil pun tidak sudi memakannya. Ibarat memproduksi barang atau pun jasa, cukup dengan satu customer potensial, maka produk barang dan atau jasanya pun langsung dibeli habis, tidak perlu capek menawarkan ke banyak calon customer, begitu seterusnya!
- Initial Thinking (about the problem) (Pemikiran awal tentang masalah)
Dalam dunia perancangan teknik dikenal adanya konsep “berawal dari yang akhir, dan berakhir dari yang awal”. Tentu dalam menentukan pemikiran awal agar bisa bertemu dan menjadi pemikiran akhir dalam penyelesaian masalah, biasanya memerlukan langkah proses bisa beragam. Keragaman ini meliputi software, dan hardware, atau dengan kata lain meliputi olah pikir dan tindakan nyata. Olah pikir dan tindakan nyata yang dilakukan terus menerus, biasanya akan mampu melahirkan estimasi tindakan yang berpotensi tepat untuk menyelesaikan banyak persoalan.
Satu di antara contohnya adalah pemikiranyang berawal dari niat semula, misal berniat untuk mewujudkan 4 amanah pembukaan UUD 1945. Setelah setahun dilaksanakan, kemudian diperiksa apakah pelaksanaan tersebut mendekati terwujudnya niat atau kah justru menjauhi, atau pun menyimpang dari niat semula. Sudah selayaknya sesuai dengan niat semula, bukan semakin menjauh, atau justru menyimpang dari tujuan semula.
Bertemunya pemikiran awal di niat dan pemikiran akhir penyelesaian masalah yang mengacu pada kesadaran niat, akan memudahkan evaluasi pada rentang waktu tertentu, misalnya per-triwulanan, untuk segera mengetahui status penyelesaian di setiap persoalan yang terjadi pada rentang: ruang, waktu, dan peristiwa tertentu.
Satu di antara kunci pemikiran yang mendalam atas permasalahan/ kesulitan disampaikan dalam QS. Asy Syarh 94:6 – 7.
Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (5). Apabila engkau telah selesai (suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain) (6).
Dari terjemahan QS. Al-Insyirah 94: 6 – 7, diinformasikan bahwa setiap permasalahan, sesulit apa pun selalu ada kemudahan. Untuk mendapatkan kemudahan ini diperlukan pikiran cerdas, dan kerja keras yang terus menerus, sampai bisa mengubah kesulitan permasalahan menjadi kemudahan yang penuh tambahan berkah. Si pengambil keputusan (PK) atas segala bahan pertimbangan Penyelesaian masalah (PM) akan mengantarkannya pada semacam konklusi bahwa segala kejadian apapun termasuk permasalahan, tidaklah sia sia belaka, pasti ada hikmah kebaikan di balik semua peristiwa pada ruang mana pun, dan pada waktu kapan pun, sebagaimana disampaikan QS. Ali Imron 3 : 191.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka”.
Terjemahan QS Ali Imron 3 : 191 memberikan informasi bahwa berdzikir kepada Allah SWT., bisa dilakukan dalam keadaan: berdiri, duduk, dan atau berbaring; sambil memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, termasuk isi di dalamnya, yakni pemikiran tentang penyelesaian permasalahan yang mungkin dihadapi oleh si Pemikir. Giat pemikiran, dari mulai tahap awal sampai tahap penyelesaian yang sebaik baiknya, bisa mengantarkan untuk mendapatkan hikmah bahwa segala permasalahan bukanlah sia sia belaka, selalu ada hikmah baiknya, semisal dari permasalahan yang dihadapi bisa berpotensi melahirkan temuan baru, bahkan bisa mendapatkan inovasi yang layak jual, di lain waktu.
- Idealization /Idealisasi (Pembentukan model ideal)
Model ideal tentu akan sulit diwujudkan dalam dunia nyata, namun sebenarnya model ideal adalah pendekatan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan model yang bertanggung jawab terhadap:ruang, waktu, dan peristiwa yang terkait dengan permasalahan (M), sehingga melahirkan keputusan yang tepat (PK), dengan pertimbangan yang pas untuk penyelesaian masalah (PM), bahkan bisa mendatangkan tambahan keberkahan bagi banyak orang, tanpa satu orang pun yang merasa ditinggalkan, dan hasilnya Nilai Kenyataan lebih besar dari pada Nilai Harapan (R > H).
Satu di antara contoh ayat AlQur an yang bisa menjadi inspirasi dalam hal pembentukan model ideal adalah disampaikan dalam QS Ali Imron 3:110.
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”.
Dari terjemahan QS Ali Imron 3:110, ini dapat dipahami bahwa untuk menjadi manusia pilihan dalam arti manusia yang bernilai, baik di hadapan sesama manusia, maupun di hadapan Allah SWT, dan RosulNYA. Ternyata diperlukan perilaku yang memenuhi tiga syarat utama dan pertama, yaitu:
- Mampu mengajak pada kebaikan (Mb)
- Bersedia mencegah kemungkaran (Mm) dan
- Beriman kepada Allah SWT. (Im)
Pada jaman Rasulullah SAW., tentu sangat mudah menemukan seorang sahabat Nabi yang memenuhi ketiga persyaratan tersebut berada pada satu orang. Sebab mereka langsung bertemu dengan Rasulullah SAW, dan mendapatkan bimbingan langsung dari Rasulullah SAW.
Untuk jaman kekinian, tentu sangat jarang ditemukan seseorang yang berhasil memenuhi syarat ketiga tiganya berada pada satu orang. Pada umumnya satu orang hanya memenuhi satu syarat, misalnya para Pemain bisnis biasanya hanya fokus pada mengajak dirinya sendiri dan orang lain untuk berbuat baik agar bisnisnya bertambah untung dan semakin besar, namun tidak berani mencegah kemungkaran/kejahatan. Para Penegak hukum (Polisi, Jaksa, dan Hakim) biasanya hanya fokus pada pencegahan dan penindakan kumungkaran, semisal para pelanggar hukum, atau pun tindak kriminal, tetapi sangat jarang yang bisa mengajak pada jalur keimanan. Begitu juga para tokoh agama, biasanya hanya fokus pada giat keagamaan untuk meningkatkan keimanan menurut kemampuan masing masing, tetapi sangat jarang bisa mengajak kebaikan giat sosial kemasyarakatan, apalagi sampai bisa mencegah kemungkaran.
Oleh karena itu dirasa perlu membuat sinergi dan kolaborasi antara ketiga jenis perseorangan tersebut, sehingga menjadi satu kesatuan utuh, bersama sama mewujudkan satu kesatuan utuh yang:
Mampu mengajak pada kebaikan, Bersedia mencegah kemungkaran dan Beriman kepada Allah SWT. Ujung ujungnya mereka semua akan menjadi Umat terbaik, alias Umat yang bernilai.
Nilai hasil (Nh) dari hubungan ketiganya: Mampu mengajak pada kebaikan (Mb), Bersedia mencegah kemungkaran (Mm) dan Beriman kepada Allah SWT (Im), merupakan hubungan perkalian, yaitu:
Nh = Mb x Mm x Im x 100% … (3)
Jika nilai pemenuhan persyaratan masing masing sebesar 100%, maka Nilai hasilnya (Nh) pun 100%.
- Instruction Set (Panduan/ Langkah Penyelesaian)
Setiap permasalahan pastilah mengandung selisih antara Kenyataan, dan Harapan, dalam arti Nilai Harapan lebih besar dari pada Nilai Kenyataan (H > K), sesuai dengan rumus (1) maka M bernilai Positif, kondisi ini berarti Positif bermasalah!
Nilai selisih Positif inilah yang perlu ditemukan jalan keluanya, agar diperoleh solusi yang baik, dalam arti Nilai Harapan lebih kecil dari pada Nilai Kenyataan (H < K), maka M bernilai Negatif, berarti sudah tidak bermasalah. Tentu untuk penyelesaian masalah ini, dirasa perlu dibuat panduan/prosedur maupun langkah penyelesaian masalah.
Satu diantara kisah sukses Penyelesaian masalah dan Pembuatan panduan dalam mencapai kemenangan adalah Kisah Raja Tolut bersama Pemuda Daud yang memberi panduan perjuangan pada pasukannya agar bisa bertempur dan keluar sebagai Pemenang! Kisah ini diabadikan dalam QS. Al-Baqarah 2:249.
Maka, ketika Talut keluar membawa bala tentara(-nya), dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa yang meminum (airnya), sesungguhnya dia tidak termasuk (golongan)-ku. Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia termasuk (golongan)-ku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Akan tetapi, mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Allah bersama orang-orang yang sabar.
Dari terjemahan QS. Al-Baqarah 2:249 dapat dipahami bahwa pasukan yang taat pada panduan pertempuran untuk kemenangan, meskipun sedikit jumlahnya, akan mampu mendatangkan tambahan berkah, sehingga bisa keluar sebagai pemenang melawan musuh yang jumlah pasukannya jauh lebih banyak, dan lebih besar!
Ternyata benar, Raja Jalut kalah bertempur melawan Pemuda Daud, dan Pasukan Jalut pun kalah melawan pasukan Tolut yang jumlah pasukannya jauh lebih sedikit dari pada pasukan Raja Jalut.
Pada gilirannya, Pemuda Daud pun menjadi Raja, sekali gus menjadi Rosululloh bagi umatnya. Terkadang ketika terjadi masalah, di pikiran seseorang akan berusaha menakar:
“Kira kira kuat tidak ya, dalam menyelesaikan masalah tersebut ?”
Dari kisah Nabi Daud AS di atas, dapat dimengerti bahwa, sehebat apa pun permasalahan, ibaratnya menghadapi musuh yang jauh lebih kuat dari pada kinerja kita, kunci suksesnya ada pada Panduan untuk menghadapi musuh, keluar dari masalah sekali gus mencapai kemenangan! Dan Nilai Masalahnya menjadi Negatif (H < K), dalam arti Solusinya OKe, dan tidak lagi ada Masalah!
Penutup
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa kunci sukses dari Kerangka kerja DAI5 yang terdiri dari lima langkah utama (2LU), yaitu: Deep Awareness (Kesadaran Mendalam tentang diri)/DA-1, Intension (Niat yang sadar)/I-2, Initial Thinking (about the problem) (Pemikiran awal tentang masalah/I-3, Idealization /Idealisasi (Pembentukan model ideal)I-4, dan Instruction Set (Panduan/ Langkah Penyelesaian)/I-5; adalah berjalannya masing masing komponen langkah utama (2LU) yang terdiri DA-1, I-2, I-3, I-4, dan I-5 menjadi satu kesatuan yang harmonis serupa roda yang berputar seimbang menyelesaikan jarak tempuh permasalahan, sampai masalahnya terselesaikan dengan hasil sebaik baiknya.
Jika masing masing komponen tersebut mempunyai jari jari yang sama maka putarannya pun menjadi harmoni. Namun apabila masing masing komponen memiliki panjang jari jari yang berbeda, langkah putarnya pun akan tidak setimbang, dan cenderung bergerak oleng.
Tingkat keharmonisan proses penyelesaian ini bisa digambarkan seperti diagram di bawah ini.
Garis lingkaran terluar dengan panjang jari jari yang sama akan menghasilkan gerak putar harmonis, sedangkan Garis lingkar di dalam dengan panjang jari jari yang berbeda akan menghasilkan gerak putar oleng alias tidak harmonis!
Selamat menerapkan Kerangka kerja DAI5 bagi yang memerlukan, dalam berbagai jenis permasalahan kehidupan; untuk mendapatkan solusi, menjadikan hidup semakin lebih baik, dan bernilai. Aamiin.
Rumpin, 15 April 2025
Penulis Review: Atik Bintoro
Penikmat Pikiran Pikiran Baru, Tinggal di Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
(Periset di BRIN, dan Innas Akademi Kepemimpinan Dipantara – Jakarta)