Sejumlah simpul kader PKPNU berfoto bersama Instruktur PKPNU (foto: Waki)
Depok, 20 Juli 2024 – Sebuah perjalanan panjang penuh dedikasi dan komitmen, itulah yang tercermin dalam 12 tahun pelaksanaan Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU). Program kaderisasi yang dirintis oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini kini telah mencapai tonggak bersejarahnya, membawa refleksi mendalam bagi seluruh warga NU dan bangsa Indonesia.
Dibentuk atas dasar keputusan Muktamar Ke-32 NU di Makassar, program kaderisasi ini bertujuan untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi oleh kader NU. Dari lemahnya solidaritas hingga kader yang sulit dikomando, PKPNU hadir sebagai solusi untuk memperkuat struktur dan komando organisasi dan memastikan bahwa kader-kader NU memiliki komitmen yang kuat terhadap perjuangan dan khidmah kepada NU.
Dalam sesi-sesi pendidikan kader, para peserta didorong untuk memperkuat solidaritas dan komitmen terhadap NU. Program ini tidak hanya fokus pada aspek intelektual dan kepemimpinan, tetapi juga menekankan pentingnya penempaan spiritual melalui riyadhoh dan mujahadah, serta penempaan fisik.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah banyaknya kader yang setelah mencapai kelas menengah, cenderung melepaskan diri dari perjuangan NU. Melalui PKPNU, para kader diingatkan kembali akan pentingnya khidmah dan komitmen terhadap organisasi serta masyarakat.
Acara refleksi 12 tahun PKPNU diadakan di Kampung Wisata Goes Serua, Depok dan dihadiri oleh ratusan simpul kader penggerak NU dari seluruh Nusantara. Perhelatan ini menjadi momentum penting bagi para kader untuk berkumpul, berbagi pengalaman, dan merencanakan langkah-langkah strategis ke depan dalam memperkuat peran dan kontribusi NU di berbagai daerah. Kampung Wisata Goes menjadi saksi dari semangat kebersamaan dan komitmen yang tinggi dari seluruh peserta yang hadir untuk terus menggerakkan roda organisasi demi kemajuan umat dan bangsa.
Refleksi 12 tahun PKPNU juga menunjukkan bagaimana program ini berhasil melahirkan berbagai gerakan ekonomi umat. Salah satunya adalah inisiatif koin NU, yang hasilnya digunakan untuk kepentingan warga NU.
Instruktur Nasional PKPNU K.H. Abdul Mun’im DZ, dalam sambutannya, menekankan bahwa gerakan ekonomi ini adalah bagian dari ukhuwah nahdliyah. “Kita harus memuliakan warga NU terlebih dahulu sebelum mendahulukan ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariah,” tegasnya (20/07).
Dengan ukhuwah nahdliyah yang kokoh, NU memiliki kerekatan yang tinggi dan mampu membangun kemandirian yang terhormat. Kemandirian ini tidak hanya bermanfaat bagi warga NU, tetapi juga dapat membantu sesama muslim, warga negara, dan umat sejagat dengan kerja sama yang lebih setara dan berkualitas.
Melalui perjalanan 12 tahun ini, PKPNU telah membuktikan dirinya sebagai program yang vital dalam memperkuat fondasi dan kemandirian NU. Ke depan, tantangan tentu tidak akan berkurang, tetapi semangat dan komitmen yang telah dibangun melalui PKPNU akan terus menjadi pilar utama dalam menghadapinya.
“Dengan program kaderisasi yang sistematis ini, kita berharap dapat terus mencetak kader-kader yang siap mengemban amanah dan membawa perubahan positif bagi NU, bangsa, dan negara,” tutup penulis buku Fragmen Sejarah NU: Menyambung Akar Budaya Nusantara. (WA).