Nurkholis yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Lik, Pengasuh Ponpes Roudlotul Mubtadin, Kec. Madiun, Kab. Madiun, Jawa Timur – Indonesia, menyampaikan hasil liputan napak tilas bersama peserta Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) Angkatan ke 26 di Majelis Wakil Cabang NU, Kecamatan Geger, Kab. Madiun.
Pada saat rihlah napak tilas, peserta PKPNU yang menjadi Tim Napak Tilas terdiri dari K.M. Anis, Dian Basuki, M. Kholis, M. Sakur, Uswatul Khasanah, Muntamah, dan Sayem. Mereka menelusuri tempat tempat keramat dan bersejarah, terutama bagi warga NU.
Hasilnya Tim ini mampu menyibak kekeramatan sejarah Gedung yang terbengkalai selama puluhan Tahun hingga keadaan fisik bangunan hampir runtuh. Ternyata Gedung itu mempunyai sejarah panjang yang erat hubungannya dengan napas perjuangan Kiyai kiyai NU. Gedung tersebut merupakan wakaf dari Haji Yasin yang bernasab ke Raden Tondo Hadi Wijoyo Prajurit Pangeran Diponegoro.
Tim Napak Tilas juga menemukan riwayat bahwa Gedung tersebut ikut ambil bagian sebagai saksi bisu diadakannya Muktamar NU ke 17 pada Tanggal 17 Mei Tahun 1947 di Madiun.
Pada Tahun tahun awal berdirinya NU, Muktamar NU dilaksanakan hampir setiap tahun. NU di Madiun berdiri pertama kali di Desa Pagotan pada Tahun 1928 atas inisiasi Pegawai Pabrik Gula dari Surabaya yang bernama Sastro, kemudian berkembang ke arah Desa Dungus, Kebonsari dan Dolopo.
Ketika Muktamar NU ke 17 pada Tahun 1947, Gedung itu digunakan sebagai tempat logistik, tempat Muktamar sekaligus Musyawarah Komisi Lembaga Batsul Masail, dihadiri oleh KH. Wahab Chasbulloh, KH. Wahid Hasyim, dan KH. Hasyim Asy’ari.
Ada pun Prajurit Pangeran Diponegoro selain Raden Tondo Hadi Wijoyo dari Bagelen adalah mBah Wardin murid K. M. Bin Umar Banjarsari, Dagangan. Mereka berada di Desa Pagotan. Keturunan mereka berdua mampu melahirkan NU di Madiun. Disamping itu mereka juga banyak mewakafkan gedung dan tanah ke NU di Madiun.
Rehap dan pemugaran bangunan telah selesai pada Tahun 2020, Gedung yang terbengkalai puluhan tahun, berhasil dipugar atas inisiasi kader PKPNU Angkatan ke 26 di Majelis Wakil Cabang NU, Kecamatan Geger, Kab. Madiun. Pemugaran berusaha mengikuti gaya bangunan seperti aslinya ketika digunakan sebagai tempat musyawarah Muktamar NU ke 17 pada Tahun 1947. Gedung tersebut merupakan situs peninggalan bersejarah terkait Muktamar NU ke 17 Tahun 1947, selanjutnya saat ini menjadi Gedung Situs Muktamar NU ke 17, yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman, RT. 09, Desa Pagotan, Kec. Geger, Kab. Madiun, Jawa Timur – Indonesia.
Di Gedung ini pengunjung bisa ngalap barokah sekaligus tabarukan pada Kiyai kiyai NU yang telah berjuang dan berhidmat di NU, terutama demi kelancaran dan keberkahan Mukmatar NU ke 17 pada Tahun 1947 di Madiun.
(Artikel diitulis seperti yang dituturkan oleh Gus Lik pada Redaksi PD – k.a).
1 Komentar
Alhamdulillah.. saya sebagai satu2 nya cucu mbah Yasin yang ada di Madiun ikut seneng setelah lama sekali bangunan itu terbengkalai ahirnya jadi indah lagi.
Mbah haji Yasin berputra 6 orang, putra pertama perempuan bernama eyang hj ruchanah yang menikah dengan h masyduqi Kediri putra h Abdullah rosyad yang juga dari gunung kidul (santri jendral Soedirman) , kemudian eyang hj ruchannah memiliki putra dan itu abah saya.
Dari enam putra mbah haji Yasin, tidak ada satupun yang tinggal di Madiun. Dan untuk cucu haji Yasin juga gak ada yang di Madiun, untuk canggah pun ya cuman saya